Dengan
mulai dioperasikannya jalan tol Cipali, jarak tempuh dari Jakarta ke kota
Cirebon bisa dipangkas hingga hampir setengahnya. Kalau dulu, kita bisa
menghabiskan waktu sekitar 6-7 jam menuju Cirebon, maka sekarang hanya perlu
waktu sekitar 3 jam saja untuk ke Cirebon. Mas Harry memprediksi, bahwa Cirebon
akan segera menggantikan kota Bandung sebagai kota tujuan berlibur jangka
pendek atau menengah bagi warga Jakarta.
Hari
Sabtu tanggal 14 November 2015, aku dan mas Harry memutuskan
ke Cirebon, walaupun rencanaku dengan teman2 untuk kesana batal. Kami berangkat
dari rumah sekitar pk. 08.10. Setelah mengisi BBM, kami masuk jalan tol JORR
(Jakarta Outer Ringroad) di gerbang Cakung Barat pk. 08.34. Tujuan pertama, pemandian
air panas Banyu Panas di Palimanan. Believe it or not, itu adalah hasil
browsing mas Harry for the very first time in his life… To honour that, aku
setuju aja kesana, walau udara panas. Maksudku, panas2 kok ya mau berendam air
panas, gitu loh...
Pk.
11, kami keluar pintu tol Palimanan, lalu menuju ke Banyu Panas, yang masuk
daerah Gempol. Ternyata, lokasinya itu persiiiis bersebelahan dengan pabrik
semen Indocement. Bayanganku bahwa pemandian air panas itu di daerah pegunungan
yg adem, tenang, bersih, langsung buyar.
Lokasinya
tidak terlalu jauh dari pemukiman. Walau jalan masuknya cukup dekat, tapi tidak
tersedia angkutan umum. Mau tidak mau, kita harus menggunakan kendaraan
pribadi.
Suasana
adem juga tidak kami dapatkan. Ditambah lagi, kami tiba disana menjelang tengah
hari. Silau, gerah, sepi, dan tidak ada ruangan berendam keluarga. Yg tersedia
hanya kolam terbuka untuk umum. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi
berendam. Kami hanya foto2 sedikit di sekitar kolam, sekedar buat bukti kalo
udah nyampe sana.
Dari
Banyu Panas, kami kembali masuk ke jalan tol, lalu keluar di pintu tol Plumbon.
Kami mengisi perut di Griya Dahar 1837 (maunya dibaca Ibet), tidak jauh dari
gerbang tol Plumbon. Aku memesan empal asem dengan lontong dan tahu gejrot. Mas
Harry memilih nasi lengko biasa dan setengah porsi sate sapi. Ditambah 2 gelas besar es teh manis, kami
hanya harus membayar Rp.63.000,-
Dengan
perut kenyang, kami meneruskan perjalanan ke Trusmi, kampong batik Cirebon.
Puas berbelanja, kami pun check in di hotel sekitar pk. 16.30. Setelah
beristirahat dan shalat Maghrib, kami keluar untuk mencari makan. Pilihan kami
kali ini adalah seafood. Kami pun menuju jl. Siliwangi. Disana banyak terdapat
warung2 tenda yg menjual aneka hidangan seafood. Kami memilih warung Pak
Suryadi, yg berada di seberang hotel Langensari.
Ikan
kerapu bakar, ikan pecah kulit (orang Cirebon mengenalnya sebagai ikan Kanang),
jamur tiram goreng tepung, cah kangkung dengan nasi dan es jeruk kami pesan.
Total kerusakan Rp.148.000,-
Selesai
makan, kami jalan2 keliling seputar kota
Cirebon, kearah pasar. Aku teringat bumbu empal gentong pesanan mbak Dian,
kakak iparku. Kami pun berhenti di salah satu toko oleh-oleh yang ada di sisi
kiri jalan. Toko Sumber Jaya.
Sambil
memilih2 belanjaan, mas Harry ngobrol dengan pemiliknya. Dari dia, kami dapat
info mengenai tempat makan nasi jamblang lain yang juga enak. Tempatnya
keciiil, tapi ruame karena enak. Bukanya agak siang, sekitar pk. 10, katanya.
Tapi jam 13 biasanya sudah habis. Wah… berarti masih ada kesempatan kami makan
nasi jamblang, nih. Kami berdua sepakat, besok kami akan sarapan pagi2 sekali
di hotel, lalu jam 09.30 menuju ke Nasi Jamblang Debleng, mengikuti arahan dari
si pemilik toko Sumber Jaya. Rasanya kok belum klop ke Cirebon kalo belum makan
nasi jamblang.
So…
esokan harinya, jam 9 pagi, kami sudah meninggalkan hotel. Setelah mencari2,
Alhamdulillah akhirnya ketemulah itu nasi jamblang Debleng. Waktu kami tiba,
disana sudah cukup ramai orang. Kursi yang tersedia hanya bisa menampung
sekitar 8 orang. Gak heran kalau banyak pembeli yg membungkus utk dimakan
dirumah. Jadi, kalau pun kita mendapat duduk di depan meja saji, siap2 aja ada
tangan-tangan nyelonong di kanan, kiri dan atas kepala kita. Para pembeli gak
sabar menunggu dilayani oleh penjual yg hanya 2 orang, jadi inisiatif mengambil
sendiri makanan yg akan mereka bungkus.
Pagi
itu, karena masih cukup kenyang, aku hanya pesan 1 bungkus nasi, dengan lauk
telur dadar, tempe goreng 2 potong, dan 1 ekor sotong masak hitam. Mas Harry
memilih lauk 2 potong semur tahu, telur dadar, sotong dan limpa. Dengan 2 gelas
es teh manis, kami hanya membayar Rp.28.000,-
Dan
memang benar, masakannya memang enak. Sotongnya empuuuk. Tempe gorengnya juara.
Rasanya pas, tidak keasinan. Penjualnya pun ramah dan baik hati. Waktu aku
tanya, itu lauk apa, selain menjawab, dia langsung menyendokkan sedikit lauk
tersebut ke piringku untuk dicicipi.
Kata
mas Harry, kali lain kami ke Cirebon lagi, kami HARUS makan di situ lagi…
Siap,
Mas… Tempatnya sudah ku-save di googlemaps-ku, biar gak nyasar… :-D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar