SIM… Simulator
Tanggal 20 September
kemarin warga Jakarta melakukan pilkada. Heboh kumis dan kotak2. Aku malah
bingung karena baru sadar kalo SIM-ku sudah habis masa berlakunya tgl. 18
September 2012, padahal tgl. 20 sore itu aku dan mas Harry akan berangkat ke
Semarang! Dan repotnya, karena aku memegang SIM B-1, maka perpanjangan harus
dilakukan di kantor Samsat Kali Deres, nggak bisa dilakukan di gerai Samsat yg
ada di mall-mall, atau di Samling (Samsat Keliling). Alhasil, dg diantar
seorang supir, setelah nyoblos, aku pergi ke Samsat Kalideres.
Alhamdulillah, jalanan lancaaar. Mungkin karena pilkada dan beberapa kantor
diliburkan. Jam 9 lewat aku sampe di tempat tujuan. Setelah tanya2, teng jam 10
aku memulai proses perpanjangan SIM dg langkah pertama, yaitu tes kesehatan.
Ruang tes kesehatan terpisah dari bangunan induk. Aku harus nyebrang lapangan
parkir motor. Kupikir, tes kesehatannya berupa tes anti buta warna. Ternyata,
aku harus membaca deretan angka mulai dari ukuran besar sampe kecil layaknya
kita periksa mata di dokter mata. Sebelum melakukan tes yg hanya memakan waktu
sekitar 2 menit per orang ini, aku harus membayar Rp.25.000,-
Dari ruang tes mata, langkah selanjutnya adalah mengisi formulir perpanjangan
SIM, lalu mengantri untuk simulasi. Itu lho, alat yg saat ini menjadi sumber
keributan antara KPK dg Polri...
Nggak
lama menunggu, namaku dipanggil, bersama dg 5 nama lain. Ternyata, utk tes ini,
6 orang sekaligus bergiliran di 1 mesin simulator, aku dapat giliran nomor 4.
Aku menjadi satu2nya perempuan disini. Sepertinya, memang jarang ada perempuan
punya SIM B-1, ya... Lumayan, jadi primadona... Hehehehe.
Terus terang, aku penasaran banget, kayak apa sih simulasi yg jadi buah bibir
ini?
Bentuknya
mirip mock-up dashboard bus/truk kecil, lengkap dg setir, pedal gas, pedal rem
dan kopling serta tongkat persneling. Ada seorang petugas laki-laki yg akan
ngetes.
Ada 2 tahapan tes yg harus kami lakukan. Kalau lolos tes tahap pertama, akan
lanjut ke tahap berikutnya. Kalau tidak lolos di tes pertama, kami harus
mengulang tes itu minggu depan! Alamaaak... Mendadak aku deg-degan... Bagaimana
kalau aku nggak lolos??? Alamat pergi ke Jawa Tengah nggak bawa SIM, nih...
Apalagi, belakangan aku tau kalau tes hari itu adalah tes percobaan kedua bagi
orang pertama, dan tes percobaan ketiga utk orang kedua dan ketiga, karena
mereka tidak lolos di tes2 itu minggu2 sebelumnya! Sementara aku, baru sekali
ini akan mencoba peruntunganku... Duh Gusti... bantulah aku...
Si petugas yg akan ngetes menjelaskan tata cara tesnya. Didepan dashboard itu
ada 3 layar komputer yg digantung berjejer rapat. Tes pertama. Di layar tengah
ada gambar lingkaran sebesar setir dg tonggak2 hitam berserakan, dan ada 2
titik merah di kiri dan kanan lingkaran. Nah, lingkaran dg tonggak2 hitam itu
akan berputar perlahan selama 1 menit. Tugas kami, peserta uji, adalah
membelokkan titik merah dg menggerakkan setir ke kiri dan kanan TANPA menyentuh
tonggak2 hitam itu. Kalau nyenggol, artinya kita 'nabrak'. Nah, kalo kita
nabrak, gagal lah kita... :-(
Tapi untungnya, kita masih diberi kelonggaran. Kita dianggap lolos kalau nabrak
maksimal 4x. Diatas 4x, kita harus mengulang tes itu minggu depan. Kalau nabrak
5x, kita masih diberi 1x kesempatan hari itu juga utk mengulang. Tapi kalau
lebih dari 5x, good bye and see you next week...
Pendek kata, Alhamdulillah aku lulus di percobaan pertama ini!
Alhamdulillaah...
Berikutnya,
tes kedua. Tes ini sedikit lebih mudah. Lebih mudah, tapi bukan berarti
gampang, lho ya ;-)
Dua layar komputer digunakan. Ada gambar terowongan dg 1 buah
mobil boks putih. Si mobil boks akan berjalan memasuki terowongan dg kecepatan
tertentu. Kita harus memperkirakan kapan mobil boks akan keluar dari
terowongan. Dg menggerakkan tuas lampu besar, kita menghentikan si mobil boks
itu. Kita dianggap lulus kalau kita menghentikan mobil boks itu persiiiis di
mulut terowongan, plus-minus 20%.
Kalau berhenti persis di mulut terowongan, nilai kita 100%. Kalau berhentinya
di garis 80% atau 120%, kita masih dianggap lolos. Kita diberi kesempatan
sebanyak 10x dg kecepatan truk yg berbeda-beda, ada yg 20 km/jam sampai 100
km/jam. Alhamdulillah, disini aku juga lulus!!!
Formulir yg tadi kubawa, diisi oleh petugas penguji, lalu harus kubawa ke loket
simulasi. Disini aku harus membayar Rp.50.000,-.
Dari
loket ini, aku diminta menuju ke loket Bank BRI utk melakukan pembayaran biaya
perpanjangan SIM. Utk SIM B1, biayanya Rp.80.000,- (eh, apa Rp.85.000,- ya?
Lupa... :-))
Dari BRI, aku kembali ke loket simulator utk mengambil sertifikat kelulusan
(yeaaay!!!) dan formulir yg tadi itu, terus ke loket asuransi. Di loket ini,
kita "dipaksa" beli polis asuransi sebesar Rp.30.000,-
Well,
walau "dipaksa", tapi gak papa lah... Nggak ruginya juga kan, punya
asuransi dg polis murah?
Di Loket ini, setelah membayar preminya, kita diminta mengisi satu formulir
lagi, lalu formulir itu dibawa ke bagian arsip di lantai 2. Disini, formulirku
hanya dicap-cap. Dan waktu aku ambil, petugas yg berada di belakang kaca
mengatakan, "Data Ibu harusnya masuk ke belakang, tapi ini saya percepat
aja, nggak usah ke belakang."
Terus terang, aku nggak ngerti kenapa juga si pak polisi itu ngomong begitu?
Aku cuma bilang terima kasih, terus ngeloyor pergi ke loket 20 dibawah, seperti
petugas tadi bilang. Eh, apa itu sebenarnya kode, kalo dia minta duit ya? Ah,
tauk ah, gelap... Hehehehe...
Di loket 20, aku menyerahkan formulirku yg sudah dicap di bagian arsip, lalu
diminta menunggu. Agak lama aku menunggu, hampir sekitar 20 menit.
Setelah menunggu agak lama, namaku dipanggil. Di loket ini, aku diminta
membayar Rp.20.000,- walau disana tidak ada tulisan apa-apa soal biaya, tidak
seperti di tempat tes kesehatan, simulasi dan loket pembayaran di BRI yg jelas
memasang tulisan besarnya biaya yg harus dibayar. Hmm... pungutan liar kah?
Wallahu alam...
Setelah membayar biaya 'siluman' sebesar Rp.20.000,- aku diarahkan utk ngantri
ke loket 26. WOW... dari sekian banyak loket pengambilan gambar/foto ID dan
tanda tangan, loket 26 ini yg antriannya paaaaaling panjaaaang... Kenapa juga
aku diarahkan ke loket ini, ya? Dan di belakangku, masih aja nambah banyak
orang yg juga ngantri, sementara loket2 lain kosong, atau malah nggak ada
antrian padahal jelas buka, ada petugasnya di dalam.
Ah, sudahlah... Pasti ada alasannya petugas di loket 20 minta aku ke loket 26
kan? Mungkin, dia lagi sebel sama petugas di loket 26, makanya dikasih banyak
kerjaan...??? Hehehehe. Wallahu ‘alam…
Ngantri disini lumayan lama, karena antriannya kok nggak bergerak??? Ternyata,
denger2 kabar, kalau komputernya lagi hang... :-(
Hadooooh...
hare geneeee??? Komputer pelayanan masyarakat masih nge-hang???
Buat
ngilangin bete, aku mulai ngobrol2 dg sesama pengantri. Lumayan, ada 1 brondong
ganteng di belakangku... Hehehehe... It's not that bad, after all... ;-)
Singkat kata... Setelah mengantri sambil berdiri selama 25 menit, akhirnya aku
masuk juga kedalam loket 26. Ealah... jebule masih ngantri lagi
didalam...
Yah, tapi
paling tidak, ngantri di dalam sambil duduk lah. Jadi nggak terlalu capek.
Urutan pertama disini adalah kita diminta utk ngecek data2 yg ada di layar
komputer. Kali aja ada kesalahan penulisan nomor rumah, atau yg lainnya.
Setelah semua beres, kita diminta tanda tangan di layar sentuh kecil di meja,
terus berpose deh buat difoto :-)
Dan,
selesai!
Aku kemudian diarahkan utk menunggu di loket 35. Ternyata itu loket pengambilan
SIM-nya. Baru aja duduk selama 10 detik, namaku udah dipanggil, yg berarti
SIM-ku sudah selesai!!!
Ohya,
disini, aku kembali dimintai duit sebesar Rp.5.000,- yg gak jelas
peruntukannya.
Kulirik arloji di tangan kiri, jam menunjukkan waktu pk. 13.00. Total biaya yg
aku keluarkan sebesar Rp.215.000,-
Hmm.... Tiga jam utk mengurus
perpanjangan SIM B1 tanpa calo, tanpa nyogok (??). Not bad... not bad at all...
Keep up the good work, pak polisi...
Btw, sempat terpikir olehku untuk merubah SIM-ku menjadi SIM A saja, supaya
mudah mengurus perpanjangannya. Bisa di gerai Samsat yg ada di mall-mall yg
tersebar di banyak wilayah di Jakarta (another excuse to visit the mall, eh?
Hehehehe), atau di Samling (Samsat Keliling). Tapi kok ya sayang, ya...
Hehehe... Kan 'gaya', gitu lho... pake SIM B1... :-)