Selasa, 16 Oktober 2012

SIM... Simulator

SIM… Simulator

Tanggal 20 September kemarin warga Jakarta melakukan pilkada. Heboh kumis dan kotak2. Aku malah bingung karena baru sadar kalo SIM-ku sudah habis masa berlakunya tgl. 18 September 2012, padahal tgl. 20 sore itu aku dan mas Harry akan berangkat ke Semarang! Dan repotnya, karena aku memegang SIM B-1, maka perpanjangan harus dilakukan di kantor Samsat Kali Deres, nggak bisa dilakukan di gerai Samsat yg ada di mall-mall, atau di Samling (Samsat Keliling). Alhasil, dg diantar seorang supir, setelah nyoblos, aku pergi ke Samsat Kalideres.

Alhamdulillah, jalanan lancaaar. Mungkin karena pilkada dan beberapa kantor diliburkan. Jam 9 lewat aku sampe di tempat tujuan. Setelah tanya2, teng jam 10 aku memulai proses perpanjangan SIM dg langkah pertama, yaitu tes kesehatan.

Ruang tes kesehatan terpisah dari bangunan induk. Aku harus nyebrang lapangan parkir motor. Kupikir, tes kesehatannya berupa tes anti buta warna. Ternyata, aku harus membaca deretan angka mulai dari ukuran besar sampe kecil layaknya kita periksa mata di dokter mata. Sebelum melakukan tes yg hanya memakan waktu sekitar 2 menit per orang ini, aku harus membayar Rp.25.000,-

Dari ruang tes mata, langkah selanjutnya adalah mengisi formulir perpanjangan SIM, lalu mengantri untuk simulasi. Itu lho, alat yg saat ini menjadi sumber keributan antara KPK dg Polri... 
Nggak lama menunggu, namaku dipanggil, bersama dg 5 nama lain. Ternyata, utk tes ini, 6 orang sekaligus bergiliran di 1 mesin simulator, aku dapat giliran nomor 4. Aku menjadi satu2nya perempuan disini. Sepertinya, memang jarang ada perempuan punya SIM B-1, ya... Lumayan, jadi primadona... Hehehehe.

Terus terang, aku penasaran banget, kayak apa sih simulasi yg jadi buah bibir ini?
Bentuknya mirip mock-up dashboard bus/truk kecil, lengkap dg setir, pedal gas, pedal rem dan kopling serta tongkat persneling. Ada seorang petugas laki-laki yg akan ngetes.

Ada 2 tahapan tes yg harus kami lakukan. Kalau lolos tes tahap pertama, akan lanjut ke tahap berikutnya. Kalau tidak lolos di tes pertama, kami harus mengulang tes itu minggu depan! Alamaaak... Mendadak aku deg-degan... Bagaimana kalau aku nggak lolos??? Alamat pergi ke Jawa Tengah nggak bawa SIM, nih... Apalagi, belakangan aku tau kalau tes hari itu adalah tes percobaan kedua bagi orang pertama, dan tes percobaan ketiga utk orang kedua dan ketiga, karena mereka tidak lolos di tes2 itu minggu2 sebelumnya! Sementara aku, baru sekali ini akan mencoba peruntunganku... Duh Gusti... bantulah aku...

Si petugas yg akan ngetes menjelaskan tata cara tesnya. Didepan dashboard itu ada 3 layar komputer yg digantung berjejer rapat. Tes pertama. Di layar tengah ada gambar lingkaran sebesar setir dg tonggak2 hitam berserakan, dan ada 2 titik merah di kiri dan kanan lingkaran. Nah, lingkaran dg tonggak2 hitam itu akan berputar perlahan selama 1 menit. Tugas kami, peserta uji, adalah membelokkan titik merah dg menggerakkan setir ke kiri dan kanan TANPA menyentuh tonggak2 hitam itu. Kalau nyenggol, artinya kita 'nabrak'. Nah, kalo kita nabrak, gagal lah kita... :-(

Tapi untungnya, kita masih diberi kelonggaran. Kita dianggap lolos kalau nabrak maksimal 4x. Diatas 4x, kita harus mengulang tes itu minggu depan. Kalau nabrak 5x, kita masih diberi 1x kesempatan hari itu juga utk mengulang. Tapi kalau lebih dari 5x, good bye and see you next week...

Pendek kata, Alhamdulillah aku lulus di percobaan pertama ini! Alhamdulillaah...
Berikutnya, tes kedua. Tes ini sedikit lebih mudah. Lebih mudah, tapi bukan berarti gampang, lho ya ;-)

Dua layar komputer digunakan. 
Ada gambar terowongan dg 1 buah mobil boks putih. Si mobil boks akan berjalan memasuki terowongan dg kecepatan tertentu. Kita harus memperkirakan kapan mobil boks akan keluar dari terowongan. Dg menggerakkan tuas lampu besar, kita menghentikan si mobil boks itu. Kita dianggap lulus kalau kita menghentikan mobil boks itu persiiiis di mulut terowongan, plus-minus 20%. 

Kalau berhenti persis di mulut terowongan, nilai kita 100%. Kalau berhentinya di garis 80% atau 120%, kita masih dianggap lolos. Kita diberi kesempatan sebanyak 10x dg kecepatan truk yg berbeda-beda, ada yg 20 km/jam sampai 100 km/jam. Alhamdulillah, disini aku juga lulus!!!

Formulir yg tadi kubawa, diisi oleh petugas penguji, lalu harus kubawa ke loket simulasi. Disini aku harus membayar Rp.50.000,-.
Dari loket ini, aku diminta menuju ke loket Bank BRI utk melakukan pembayaran biaya perpanjangan SIM. Utk SIM B1, biayanya Rp.80.000,- (eh, apa Rp.85.000,- ya? Lupa... :-))

Dari BRI, aku kembali ke loket simulator utk mengambil sertifikat kelulusan (yeaaay!!!) dan formulir yg tadi itu, terus ke loket asuransi. Di loket ini, kita "dipaksa" beli polis asuransi sebesar Rp.30.000,-
Well, walau "dipaksa", tapi gak papa lah... Nggak ruginya juga kan, punya asuransi dg polis murah?

Di Loket ini, setelah membayar preminya, kita diminta mengisi satu formulir lagi, lalu formulir itu dibawa ke bagian arsip di lantai 2. Disini, formulirku hanya dicap-cap. Dan waktu aku ambil, petugas yg berada di belakang kaca mengatakan, "Data Ibu harusnya masuk ke belakang, tapi ini saya percepat aja, nggak usah ke belakang."

Terus terang, aku nggak ngerti kenapa juga si pak polisi itu ngomong begitu? Aku cuma bilang terima kasih, terus ngeloyor pergi ke loket 20 dibawah, seperti petugas tadi bilang. Eh, apa itu sebenarnya kode, kalo dia minta duit ya? Ah, tauk ah, gelap... Hehehehe... 

Di loket 20, aku menyerahkan formulirku yg sudah dicap di bagian arsip, lalu diminta menunggu. Agak lama aku menunggu, hampir sekitar 20 menit.

Setelah menunggu agak lama, namaku dipanggil. Di loket ini, aku diminta membayar Rp.20.000,- walau disana tidak ada tulisan apa-apa soal biaya, tidak seperti di tempat tes kesehatan, simulasi dan loket pembayaran di BRI yg jelas memasang tulisan besarnya biaya yg harus dibayar. Hmm... pungutan liar kah? Wallahu alam...

Setelah membayar biaya 'siluman' sebesar Rp.20.000,- aku diarahkan utk ngantri ke loket 26. WOW... dari sekian banyak loket pengambilan gambar/foto ID dan tanda tangan, loket 26 ini yg antriannya paaaaaling panjaaaang... Kenapa juga aku diarahkan ke loket ini, ya? Dan di belakangku, masih aja nambah banyak orang yg juga ngantri, sementara loket2 lain kosong, atau malah nggak ada antrian padahal jelas buka, ada petugasnya di dalam.

Ah, sudahlah... Pasti ada alasannya petugas di loket 20 minta aku ke loket 26 kan? Mungkin, dia lagi sebel sama petugas di loket 26, makanya dikasih banyak kerjaan...??? Hehehehe. Wallahu ‘alam…

Ngantri disini lumayan lama, karena antriannya kok nggak bergerak??? Ternyata, denger2 kabar, kalau komputernya lagi hang... :-(
Hadooooh... hare geneeee??? Komputer pelayanan masyarakat masih nge-hang???
Buat ngilangin bete, aku mulai ngobrol2 dg sesama pengantri. Lumayan, ada 1 brondong ganteng di belakangku... Hehehehe... It's not that bad, after all... ;-)

Singkat kata... Setelah mengantri sambil berdiri selama 25 menit, akhirnya aku masuk juga kedalam loket 26. Ealah... jebule masih ngantri lagi didalam... 
Yah, tapi paling tidak, ngantri di dalam sambil duduk lah. Jadi nggak terlalu capek.

Urutan pertama disini adalah kita diminta utk ngecek data2 yg ada di layar komputer. Kali aja ada kesalahan penulisan nomor rumah, atau yg lainnya. Setelah semua beres, kita diminta tanda tangan di layar sentuh kecil di meja, terus berpose deh buat difoto :-)
Dan, selesai!

Aku kemudian diarahkan utk menunggu di loket 35. Ternyata itu loket pengambilan SIM-nya. Baru aja duduk selama 10 detik, namaku udah dipanggil, yg berarti SIM-ku sudah selesai!!!
Ohya, disini, aku kembali dimintai duit sebesar Rp.5.000,- yg gak jelas peruntukannya.

Kulirik arloji di tangan kiri, jam menunjukkan waktu pk. 13.00. Total biaya yg aku keluarkan sebesar Rp.215.000,-
Hmm.... Tiga jam utk mengurus perpanjangan SIM B1 tanpa calo, tanpa nyogok (??). Not bad... not bad at all...

Keep up the good work, pak polisi...

Btw, sempat terpikir olehku untuk merubah SIM-ku menjadi SIM A saja, supaya mudah mengurus perpanjangannya. Bisa di gerai Samsat yg ada di mall-mall yg tersebar di banyak wilayah di Jakarta (another excuse to visit the mall, eh? Hehehehe), atau di Samling (Samsat Keliling). Tapi kok ya sayang, ya... Hehehe... Kan 'gaya', gitu lho... pake SIM B1... :-)


5 komentar:

  1. hebat, tlg buka resepnya bisa lulus roda putar grs" hitamnya pdhal baru tahu n tes utk pertama kakinya, tks n akan sangat membantu pemohon B1 pd umumnya dan sy sendiri khususnya, selamat atas ketrampilaninstantnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Charles. Maaf ya, saya baru buka blog lagi, jadi baru baca komennya...

      Wah... Kalo ditanya resepnya, saya juga bingung ya. Tapi kalau saya boleh menduga, sepertinya karena saya cukup sering main games di komputer...
      Yah, jadi ketahuan deh kalo saya tukang main games di komputer... Hehehehehe.

      Intinya, koordinasi mata dan tangan harus baik. Dan yg terpikir oleh saya saat ini, hanya melalui games di komputer-lah saya bisa melatih koordinasi mata dan tangan itu.

      Btw, terima kasih ya sudah mampir dan memberi selama ;-)

      Hapus
    2. ajaib, serombongan saya tidak ada satupun yang lulus tes simulator

      Hapus
  2. Tanya gan, kapan timing untuk menggerakkan tuas lampu itu sendiri. apakah di dalm terowongan ato di dalam terowongan tetapi dekat dengan tanda panah..mohon pencerahannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, susah dijelaskan ya. Soalnya kecepatan bergeraknya si mobil boks itu beda2. Paling yg bisa saya sarankan sih, kita ikuti gerakan si mobil boks, sampai saat dia masuk terowongan dengan kecepatan yg sama. Dan saat kira2 dia sudah dekat pintu keluar terowongan, kita gerakkan lah si tuas itu.

      Btw, saya akhirnya mengganti SIM B1 saya dengan SIM A. Jadi gak tau, apakah sekarang untuk memperpanjang SIM B1 masih menggunakan simulator atau tidak.

      Maaf baru jawab...

      Hapus