Minggu, 08 Februari 2015

Naik Mobil ke Kampus

Melihat judul note ini, rasanya tidak ada yg istimewa ya? Saat aku, kamu atau dia kuliah, pastilah ada yg cukup beruntung memiliki sehingga bisa menggunakan kendaraan pribadi utk diri sendiri, entah itu sepeda motor atau mobil. 
Aku sendiri, termasuk golongan masyarakat kebanyakan yg harus menggunakan transportasi umum utk berangkat dan pulang kuliah. Namun ada 1 hari khusus dimana aku bisa naik mobil sejak dari rumah di Kemanggisan sampai ke kampus di Depok. Yg membuatnya jadi spesial sehingga layak ditulis disini adalah karena dalam perjalanan dari rumah ke kampus hari itu, aku naik 4 mobil yg berbeda. Kok bisa????

Sebelum aku ceritakan lebih lanjut, baiknya aku jelaskan dulu rute per jalanan aku dari rumah sampai ke kampus pada hari2 biasa.

Dari rumah, biasanya aku berjalan kaki sebentar keluar kompleks utk kemudian naik angkot M24 dan turun di Slipi Jaya. Kalau kebetulan angkotnya penuh, sementara aku dikejar waktu, bisa saja aku berjalan kaki sampai Slipi Jaya.
Di Slipi Jaya, aku menyeberangi jembatan penyebrangan, lalu di halte Gelael (sekarang Menara Peninsula), aku naik bus no. 46 jurusan Grogol– Cililitan. 
Kalau lagi beruntung, dari rumah aku bisa nunut mobil Bapak, sekalian Bapak berangkat ke kantor, terus turun di seberang Balai Sidang (JCC), baru naik bus 46 ke Pancoran.

Sampai di persimpangan Pancoran, aku turun lalu nyambung naik Metro Mini 640 jurusan Tanah Abang – Pasar Minggu. Nanti di Pasar Minggu,aku melanjutkan perjalanan dg naik Koantas Bima jurusan Pasar Minggu – Depok, turun di halte UI atau Pondok Cina, terus jalan kaki deh sampai kampus Psikologi UI. Itulah ruteku sehari-hari.

Nah, on that particular day, dari rumah aku bisa nunut mobil Bapak lalu turun di halte seberang Balai Sidang. Lagi menunggu bus 46 datang, tiba-tiba ada 1 mobil berhenti di halte. Kupikir, dia juga akan menurunkan penumpang seperti aku turun dari mobil Bapak. Jadi, aku nggak terlalu memperhatikan, sampai ada seseorang memanggil namaku, “Mia!”.

Eh, ternyata, di mobil itu ada tetanggaku, Ami dan kakaknya, Indu. Mereka mau kearah Jatibening, lalu menanyakan aku mau kemana. Aku jawab kalau mau ke Pancoran. Mereka menawariku ikut mobil mereka sampai Pancoran. Wah…lumayan bisa ngirit duit, nih… Aku menerima ajakan mereka dg senang hati.

Sampai di Pancoran, aku turun dan berjalan menuju titik tempat aku biasa menunggu Metro Mini yg akan membawaku ke Pasar Minggu. Seperti biasa, lalu lintas pagi cukup padat. Lagi clingak-clinguk mencari2 Metro Mini, aku mendengar lagi namaku dipanggil seseorang. Eh, ternyata Oom-ku! 

Rupanya oom Bambang baru saja mengantar anak2nya, Diffi dan Irni ke sekolah mereka di daerah Tebet. Oom-ku ini rumahnya di Tanjung Barat. Karena akan melewati Pasar Minggu, oom Bambang mengajakku ikut sampai Pasar Minggu. Sekali lagi, aku tidak akan melewatkan kesempatan baik dalam hal mengirit biaya bus… :-)

Sampai di Pasar Minggu, aku turun di titik dimana aku bisa dg enak menghentikan Koantas Bima dan masih bisa dapat tempat duduk. Dan rupanya Allah sedang berbaik hati denganku hari itu. Lagi enak2nya menunggu, mendadak ada sebuah mobil berhenti didepanku. Kulihat wajah di jendela, lho… itu kan Ully dan teh Nita? 

Ully adalah temanku sejak masih di SD, SMP, sampai SMA dan kuliah (kami sama2 menuntut ilmu di Fak. Psikologi UI, walau akhirnya aku transfer ke IKIP Jakarta). Teh Nita adalah kakaknya Ully, yg kuliah di Fakultas Ilmu Komputer di UI (teh Nita itu temannya mas Wawan, sejak SD sampai SMA). Rupanya, dalam perjalanan ke kampus, mereka melihatku sedang menunggu bus. Dan seperti yg bisa kalian duga, mereka mengajakku ikut mobil mereka sampai kampus!

Jadi… begitulah ceritaku, di suatu hari itu, tidak dirancang, tidak direncanakan, tidak janjian, tapi aku bisa naik (empat) mobil yg berbeda dari rumah di Kemanggisan, sampai ke kampus di Depok :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar