Kamis, 12 Februari 2015

Pertukaran Pemuda Indonesia Australia 1

Tahun 1988, saat aku masih kuliah di tahun kedua di Fakultas Psikologi UI, aku mengambil cuti kuliah selama 1 semester untuk mengikuti program Pertukaran Pemuda Indonesia Australia (PPIA) atau AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program).

Program ini pertama kali diadakan pada tahun 1981-1982. Saat aku berpartisipasi, pesertanya berjumlah 16 orang, yg terdiri dari 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, yg berasal dari 13 propinsi. Tapi sejak beberapa tahun yg lalu bertambah menjadi 18 orang, 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan.

Program itu terselenggara berkat kerjasama antara DFAT (Department of Foreign and Trade) dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Namun belakang hari beralih ke Australia Indonesia Institute (AII) dan ke Kantor Menteri Muda Pemuda dan Olahraga, yg sekarang bernama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Program berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yg terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase Australia dan fase Indonesia. Di setiap fase negara itu, para peserta akan menjalani program di kota besar dan di kota kecil. Selama itu, kami akan tinggal bersama foster family atau keluarga angkat. Kegiatan utamanya adalah magang, juga mengadakan pertunjukan kebudayaan.

Magang atau work experience-nya sedapat mungkin disesuaikan dengan keinginan si peserta. Bisa yg sesuai dengan latar belakang pendidikannya, atau hobby-nya. Ada yang ingin menjadi guru, atau pengacara, atau jurnalis, dll.

Waktu diantara fase rural (kota kecil) dan urban (kota besar) disediakan untuk liburan sejenak (mid break).

Selesai menjalani fase di Australia, para pemuda-pemudi kita akan dipasangkan dengan para pemuda Australia, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Namanya counterparting. Kemudian, mereka ber-36 orang akan bersama-sama menjalani fase di Indonesia.

Hampir sama dengan di Australia, selama di Indonesia-pun, para peserta akan menjalani 2 fase, yaitu di desa atau kota kecil dan di kota besar. Selama di desa atau kota kecil, mereka akan melakukan kegiatan pembangunan desa atau yg dikenal dg sebutan community development, dimana mereka akan menjadi agent of change atau pemuda yang membantu pemuda setempat untuk mau membangun dan memperbaiki kualitas hidup di desa.
Sementara selama di kota besar, mereka juga akan melakukan kegiatan magang.

Satu kegiatan yg juga tak kalah menarik dan menjadi salah satu fokus kegiatan ini adalah pertunjukan budaya atau cultural performance, dimana para peserta akan mempertunjukkan kekayaan budaya tradisional daerah asalnya masing-masing, baik itu dalam bentuk tarian, lagu2, maupun pakaian daerah.

Di Australia, kegiatan ini sungguh menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh komunitas kota tempat mereka tinggal. Kadangkala bahkan mereka mengadakan pertunjukan kecil di sekolah-sekolah atau di pusat keramaian seperti mall.

Program ini ditujukan untuk pemuda Indonesia yang berusia antara 19-24 tahun. Sekolah (kuliah) atau bekerja tak menjadi masalah, asalkan mereka belum menikah, dan lulus seleksi yang diadakan oleh Kemenpora melalui Suku Dinas di tiap2 daerah yang mendapat jatah. Kok begitu???
Hitung aja deh… Peserta dari Indonesia hanya 16 orang, sementara jumlah propinsi kita sudah 34 (dengan Kalimantan Utara). Sayangnya, hal ini membuat penggiliran daerah2 yg akan mengirimkan wakilnya.

Selain PPIA, Kemenpora juga menyelenggarakan pertukaran pemuda dengan Kanada, ASEAN-Jepang (dengan kapal pesiar Nippon Maru), Malaysia, dan Korea. Setiap program memiliki SOP dan keunikan tersendiri, dengan durasi yg berbeda2, mulai dari 2 minggu sampai 6 bulan.

Ayo… siapa dari kalian yg tertarik? Buat adik atau anak? Mungkin keponakan? Atau anaknya tetangga? Siapa saja, asal memenuhi syarat.
Cari informasi lebih lanjut dan detil ke kantor2 Suku Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) di daerah kamu atau kampus masing-masing.

Ini contoh link mengenai kegiatan ini, baik yg ada di universitas, pemerintah kota, maupun pemerintah propinsi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar