Jumat, 06 Februari 2015

Udaka 14

Udaka 14...
Bagi sebagian teman yg belum atau tidak mengenalku secara mendalam, pasti nggak tau, apa maksud sepotong kalimat pendek itu. Tapi bagi mereka yg mengenalku lebih baik dan/atau lebih lama, pasti tau apa artinya...

Selama sekitar 40 tahunan, kesana lah aku berakar...
Yak... Itu adalah alamat rumah orangtuaku. Kami tinggal dirumah yg beralamat di Jl. Udaka No. 14, yg berada di dalam kompleks (dulu) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, atau yg biasa disingkat menjadi P dan K atau PDK sejak tahun 1972-an. Aku ingat, aku mulai masuk SD setelah tinggal dirumah itu. Dan sekarang, 40 tahun kemudian, rumah kami itu dijual... :-(
Aku ingin bisa menulis potongan-potongan hidupku dirumah itu. Tapi bagaimana kita bisa merangkum hidup kita dalam sebuah cerita? How can you sum up a life time? I can only try...

Ingatan pertamaku akan rumah ini adalah terasnya yg besar. Ada 2 tiang besi yg dibagian bawahnya diperkuat dg tembok rendah (buk, Bahasa Jawa). Sore hari, aku sering menghabiskan waktu disana, hanya menggunakan kaus dan celana dalam, berusaha mendapatkan kesejukan... Inget ya, aku masih seusia anak TK, jadi belum kena pasal pornografi ;-)

Dua orang adikku lahir dan besar dirumah ini. Adik perempuanku, Mita, waktu kecilnya sangat aktif. Suka lari dan memanjat. Karenanya, bagian teras rumah yg terbuka terpaksa dipagari oleh Bapak. Pintu depan dan pintu yg menuju ke dapur di belakang juga dipagari, membatasi ruang gerak Mita hanya di sekitar ruang tamu dan ruang keluarga.

Secara bertahap, rumah kami ini bertumbuh, seiring dg bertumbuhnya keluarga kami, baik dari segi jumlah maupun ukuran. Dapur belakang diperluas menjadi ruang keluarga. Garasi yg berada disebelah ruang tamu, diubah menjadi ruang kerja Bapak. Gudang, dan kamar pembantu yg berada di belakang garasi, berubah menjadi ruang makan dan lemari penyimpanan.

Kamar mandi belakang dibongkar dan diperluas, berubah fungsi menjadi dapur besar (almarhumah Ibuku memang senang memasak, jadi dapur besar memang cocok). Kemudian, tanak kosong di sebelah kiri rumah dibangun menjadi garasi, kamar pembantu, tempat cuci baju dan kamar mandi pembantu.

Sementara kamar tidur yg berjumlah 4 buah, dibiarkan apa adanya. Teras yg tadinya ada sepotong berada di depan ruang tamu, akhirnya dibuat memanjang hingga mencapai depan garasi.

Bapak dan Ibu menempati kamar yg berada di depan. Disebelahnya, kamar dibiarkan kosong. Aku dan Mita menempati kamar yg jendelanya menghadap ke belakang. Wawan (dan belakangan Adi, setelah dia lahir), menempati kamar yg satunya lagi.

Ada enaknya juga tidur berbagi kamar dg saudara. Kita tidak akan pernah kesepian karena selalu ada teman. Tapi pada titik tertentu (masa remaja, maksudku), kadang ada juga keinginan utk memiliki kamar sendiri. Karenanya, aku suka merasa kalau rumah kami ini tidak terlampau besar. Nyatanya, aku tidak bisa memiliki kamar sendiri. Sampai menjelang menikah, aku masih berbagi kamar dg Mita (secara teknis, karena saat itu Mita kuliah dan kost di Bandung).

Tapi rumput tetangga memang selalu tampak lebih hijau daripada rumput sendiri... Banyak temanku yg bilang kalau rumahku (kami) itu besar. Aku tetap nggak merasa begitu, sampai aku melihat sendiri rumah mereka. Memang sih, kalo dilihat secara luas, rumah kami memang lebih besar daripada rumah kebanyakan teman2ku. Tapi tetap aja aku gak pernah punya kamar sendiri *teteup...*

Well... rumah Udaka 14...
Terima kasih... Kau sudah menaungi kami sekeluarga selama 40 tahun... As much as I'd like to adventure to new places, you're always known to my heart as "my home"...


PS.
Tulisan ini pertama kubuat sekitar April 2013, saat kami baru saja keluar dari (bekas) rumah kami itu. Tapi aku belum sempat mem-publish-nya disini. Rasanya selaaaalu ada yg kurang...

Sekarang sudah Februari 2015. Hampir 2 tahun sejak rumah kami itu dijual. Bapak pindah ke Karawaci, aku dan mas Harry ke Pulogadung. Sementara "rumah kami" sekarang sudah berubah wujud, menjadi hunian maisonette sebanyak 4 unit. 
Yak... rumah kami sekarang menjadi 4 town house yg semuanya sudah laku terjual. Salah satu pembelinya adalah Boyke Alif, teman SD-ku. Kapan2, aku ingin bertamu kesana, mengunjungi "rumah kami" ;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar